Selasa, 28 Januari 2014

Apakah manusia benar-benar memiliki kehendak bebas untuk memilih ?

Kalau “kehendak bebas” berarti Allah memberi manusia kesempatan untuk membuat pilihan yang betul-betul mempengaruhi nasib mereka, maka, ya, manusia benar-benar memiliki kehendak bebas. Status dosa dunia berhubungan langsung dengan pilihan-pilihan yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Semua kisah kejatuhan manusia mengindikasikan bahwa itu adalah akibat dari pilihan yang salah. Mulai dari titik itu dan seterusnya orang-orang memiliki kesempatan untuk memilih mengikuti Allah dan mengalami konsekwensi dari tidak memilih itu.


Bahkan dalam terang pemilihan Allah akan Abraham dan keturunannya, Allah mengharuskan setiap orang bertanggung jawab untuk pilihan mereka. Dalam Perjanjian Lama, orang-orang yang berada di luar bangsa pilihan (Israel) dapat memilih untuk percaya dan mengikuti Allah (misalnya: orang-orang bukan Israel yang ikut bersama dengan bangsa Israel pada saat mereka keluar dari Mesir, Rut, Rahab). Oleh karena itu, Dia yang memilih juga mengizinkan individu-individu untuk memilih. Kitab Roma terkenal dengan penjelasan akan keselamatan dan kedaulatan Allah. Kitab ini menggunakan kata-kata seperti “memilih,” “menentukan,” menetapkan,” dll., namun juga meminta orang-orang bertanggung jawab untuk tidak memilih.

Dalam bagian di mana Roma membicarakan kejatuhan manusia dalam dosa, Allah secara terang-terangan menyatakan bahwa mereka yang berada di luar keselamatan tidak dapat “berdalih.” Hal ini khususnya benar dalam terang penolakan akan pewahyuan umum, memperlihatkan keberadaan Allah melalui ciptaan-Nya (Roma 1:20-21).

Dalam bagian-bagian lainnya kita belajar bahwa: (1) Setiap pribadi diminta untuk memilih untuk percaya (Yohanes 3:16; Roma 10:11; dll). (2) Alkitab diberikan untuk menyediakan pedoman untuk keselamatan – jelaslah untuk dipilih atau ditolak (2 Timotius 3:15; Yohanes 20:30-31). (4) Yesus menetapkan bahwa memilih untuk taat adalah tanda dari kasih kita kepada-Nya (Yohanes 14:21).

Adalah kehendak Allah bahwa tidak seorangpun menjadi binasa (2 Petrus 3:9), oleh karena itu, pastinya pilihan orang itu yang memisahkan dia dari Allah. Allah mengatakan bahwa kita akan menuai apa yang kita tabur – kita bisa memilih untuk menuai secara berbeda (Galatia 6:7-8).


Berbagai petunjuk yang diberikan Allah adalah berdasarkan anggapan bahwa para pendengar dapat memilih untuk taat atau tidak taat. Baru masuk akal bahwa Allah menuntut pertanggungjawaban kita kalau kita memiliki kehendak bebas untuk memilih. Karena itu Allah yang adil tidak akan menyatakan harapan pada mereka yang tidak memiliki kebebasan untuk memilih. Adalah tidak adil untuk Allah menghukum mereka yang tidak punya pilihan dalam perbuatan mereka. Allah, dalam kedaulatan-Nya yang mutlak, menciptakan umat manusia dengan kemampuan untuk memilih dengan bebas dan sesungguhnya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan