: Jawapan singkat untuk pertanyaan “mengapa Allah
menciptakan kita?” adalah “karena kehendakNya.” Wahyu 4:11 mengatakan “sebab
Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya
itu ada dan diciptakan." Kolose 4:11 mengulangi poin itu, “segala sesuatu
diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:16). Diciptakan sesuai dengan
kehendak Allah bukan lalu berarti bahwa umat manusia diciptakan untuk menghibur
Allah. Allah adalah Makhluk pencipta dan suka menciptakan. Allah adalah suatu
Pribadi, dan Dia suka kalau ada ciptaan lain yang dapat menjalin hubungan yang
sejati denganNya.
YESUS JURUSELAMATKU
''Akulah jalan kebenaran dan hidup" (Yohanes 14:6)
Selasa, 28 Januari 2014
Apakah manusia benar-benar memiliki kehendak bebas untuk memilih ?
Kalau “kehendak bebas” berarti Allah memberi manusia
kesempatan untuk membuat pilihan yang betul-betul mempengaruhi nasib mereka,
maka, ya, manusia benar-benar memiliki kehendak bebas. Status dosa dunia
berhubungan langsung dengan pilihan-pilihan yang dilakukan oleh Adam dan Hawa.
Semua kisah kejatuhan manusia mengindikasikan bahwa itu adalah akibat dari
pilihan yang salah. Mulai dari titik itu dan seterusnya orang-orang memiliki
kesempatan untuk memilih mengikuti Allah dan mengalami konsekwensi dari tidak
memilih itu.
Apa perbezaan antara jiwa dan roh manusia?
Apa perbezaan antara roh dan jiwa? Kata “roh” menunjuk pada
aspek non-materi dari manusia. Manusia memiliki roh, namun kita bukan roh.
Namun demikian, di dalam Alkitab, hanya orang-orang percaya, mereka yang
didiami oleh Roh Kudus, yang disebut sebagai “makhluk hidup secara rohani” (1
Korintus 2:11; Ibrani 4:12; Yakobus 2:26). Orang-orang yang tidak percaya “mati
secara rohani” (Efesus 2:1-5; Kolose 2:13). Dalam tulisan Paulus, “roh”
sangatlah penting bagi kehidupan rohani orang percaya (1 Korintus 2:14; 3:1;
15:45; Efesus 1:13; 5:19; Kolose 1:9; 3:16). Roh adalah elemen dalam diri
manusia yang memungkinkan dia memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Setiap
kali kata “roh” dipergunakan, biasanya kata itu merujuk pada bagian non-materi
dari manusia, termasuk jiwanya.
Kata “jiwa” merujuk bukan saja pada bagian non-materi dari
manusia, namun juga bagian materi. Berbeda dengan manusia memiliki “roh,”
manusia adalah jiwa. Arti kata “jiwa” yang paling mendasar adalah “hidup.”
Namun demikian, dalam Alkitab, kata tsb bukan hanya berarti “hidup” namun juga
memiliki pengertian-pengertian lain. Salah satunya adalah keinginan manusia
untuk berbuat dosa (Lukas 12:26). Pada dasarnya manusia adalah jahat dan
jiwanya telah dikotori. Hidup berakhir pada saat kematian fisik (Kejadian
35:18; Yeremia 15:2). “Jiwa” dan “roh” adalah pusat dari banyak pengalaman
rohani dan emosional (Ayub 30:25; Mazmur 43:5; Yeremia 13:17). Setiap kali kata
“roh” dipergunakan, kata tsb dapat menunjuk pada pribadi orang itu secara
keseluruhan, hidup maupun setelah kematian.
“Jiwa” dan “roh” adalah sama dalam hal penggunaaannya dalam
kehidupan rohani orang percaya. Perbedaannya adalah dalam hal acuannya. “Jiwa”
adalah pandangan manusia secara horizontal terhadap dunia. “Roh” adalah
pandangan manusia secara vertikal dengan Tuhan. Adalah penting untuk memahami
bahwa keduanya merujuk pada bagian non-materi dari manusia, namun hanya “roh”
yang menunjuk pada kehidupan manusia dengan Tuhan. “Jiwa” menunjuk pada
kehidupan manusia dalam dunia, baik secara materi maupun non-materi.
Khamis, 16 Januari 2014
Yesus Juruselamat yang Diiktiraf
Dari Abu Huraira r.a. katanya: "Rasulullah
saw. Berdiri ketika Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Besar menurunkan ayat yang
artinya: "Dan berilah peringatan kepada kaum famili engkau terdekat!"
lalu beliau bersabda: "Hai kaum Quresy! (atau perkataan yang serupa dengan
itu). Tebuslah dirimu! Saya tiada dapat menolongmu barang sedikitpun dari siksa
Tuhan. Hai bani Abdi Manaf! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun. Hai Abbas
anak Abdul Mutholib! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan.
"Hai Safiah, bibi Rasulullah! Saya tiada bisa menolongmu sedikitpun dari
siksa Tuhan. Hai Fatimah binti Muhammad! Mintalah kepada saya harta dan saya
tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan!". (Hadits Shohih Bukhori
1261)
Sabtu, 11 Januari 2014
Apakah Alkitab adalah benar-benar Firman Tuhan?
Jawaban kita kepada pertanyaan ini bukan hanya menentukan
bagaimana kita memandang Alkitab dan kepentingannya bagi hidup kita, namun juga
pada akhirnya memiliki dampak kekal terhadap kita. Kalau Alkitab benar-benar
adalah Firman Tuhan, maka kita perlu menikmatinya, mempelajarinya, menaati dan
mempercayainya. Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tidak memperdulikan Alkitab
berarti tidak memperdulikan Tuhan sendiri.
Langgan:
Catatan (Atom)